instagram twitter facebook google+ tumblr

Aulia's Story

  • Home
  • About
  • Sitemap
  • Blog
    • Jajan
    • Jalan-Jalan
    • Story
  • Beauty
  • K-Things
  • Review
  • Tutorial
Selalu saja, kamu tahu saat kamu mendengarnya dari orang lain. Bukan, bukannya aku tak ingin memberi tahunya. Bukannya aku tak ingin berbagi denganmu. Bukan, aku tak pernah ada rahasia denganmu. Aku tak ingin menutupi apa pun darimu. Bukan, bukan seperti itu. Aku sendiri tak mengerti dengan waktu kita yang sering kali tak tepat. Dua kali pertemuan kita tak selalu mulus. Aku tak mengerti padahal aku tahu aku sering merindukanmu. Tapi yang terjadi malah aku mengecewakanmu. Mungkin.
kecewa
source: tumblr

Kamu tahu? Aku banyak mencatat. Aku mencatat banyak hal tentangmu, tentang hal yang tak kupahami juga tentang banyak hal yang akan ku ceritakan padamu. Pelupa memang sering melekat denganku. Aku hanya tak ingin melupakan hal kecil yang ternyata bisa sangat fatal jika kulupakan. Aku selalu menyiapkan semua hal yang ingin kuceritakan jika aku akan bertemu denganmu. Tapi, jika aku sedang bersamamu, ternyata aku bisa melupakan hal yang ingin kuceritakan dan malah asik berbicara, bercanda denganmu. Itu sangat menyenangkan untukku.

Kamu bisa membuatku membicarakan banyak hal sehingga aku menjadi lupa. Terlalu mengasikkan jika aku sedang bersamamu. Aku senang. Kamu tahu? Hal yang ingin kuceritakan, jika memang itu bukan hal yang menjadi prioritas, aku cepat melupakannya. Aku tak tahu. Karena hal itu, mungkin kamu menganggapnya lain. Tak apa. Maaf.

Asal kamu tahu, aku senang berbagi banyak hal denganmu. Aku senang ada seseorang yang mau mendengarku bercerita, berkeluh kesah atau pun berbagi rasa. Hal yang kamu pikirkan? Bukan, bukan seperti itu. Sudah kubilang, aku senang bersamamu. Dan di waktu yang tepat saat aku akan bercerita, kamu malah mengetahuinya melalui orang lain. Aku paham. Aku tahu kamu tak suka hal seperti itu.

Maaf. Aku tak pernah ada maksud untuk membuatmu merasa bahwa kamu orang yang tak penting. Kamu penting di kehidupanku. Kamu tak akan pernah tahu itu. Tak apa jika kamu tidak peduli dengan hal lain yang akan kuceritakan lagi. Tak apa. Aku mengerti. Maaf. Aku tak tahu harus seperti apa. Aku terlalu banyak meminta maaf karena sering mengecewakanmu. Maaf.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Aku sangat paham dengan waktu yang belum lama kita lewati. Aku paham betul dengan pertemuan kita yang bisa dibilang singkat. Sangat singkat, hingga aku memang tak tahu banyak tentangmu, temanmu, keluargamu, dan kehidupanmu. Waktu singkat yang membuatku selalu ingin berterima kasih. Terima kasih karena telah menghilangkan mati rasa yang hampir 2 tahun kurasakan. Terima kasih karena telah mengembalikan senyum dan tawa yang sempat hilang dan selalu kusembunyikan. Dan tentu saja terima kasih karena telah berani hadir di kehidupanku.

Meskipun aku sendiri bingung mengapa kini aku bisa bersamamu sementara waktu yang kita tempuh kukira masih sangat pendek. Entahlah. Kamu dengan mudahnya menarik semua yang pernah ada di dalam pikiranku dan membuangnya begitu saja. Dan dengan mudahnya juga membuatku kembali merasa bersemangat dalam segala hal. Hingga akhirnya aku jatuh cinta denganmu. Kupikir awalnya aku jatuh cinta dengan suaramu. Sangat klise bukan? Perlu kamu tahu, nenekku pun awalnya jatuh cinta dengan kakekku karena mendengar suara adzan kakekku.

Namamu tak asing dalam telingaku. Namamu sering kudengar dari seseorang yang sangat dekat denganku. Orang yang berbeda namun satu nama. Dia adalah cinta pertama seseorang yang dekat denganku itu. Aku tak ada maksud apapun bercerita tentang ini. Hanya saja, kupikir kamu perlu tahu itu.

Kau tahu? Teman-teman kita saja bahkan tak paham. Sudah tak heran aku mendengar "kok bisa? kan kalian ngga deket?" aku hanya bisa tersenyum saat mendengar kata-kata itu. Aku dan kamu memang jarang terlihat mengobrol bersama. Aku dan kamu bahkan jarang terlihat bersama. Aku pun masih tak mengerti bagaimana kamu akhirnya bisa bersamaku.
Aku Bahagia Denganmu
source: tumblr

Banyak hal yang kutakutkan saat aku bersamamu. Aku takut kamu malu berjalan bersamaku. Aku takut kamu ragu dengan hadirnya diriku. Aku takut kamu tertarik dengan wanita lain. Aku takut karena sikapku, jarak dan waktu kita yang berbeda bisa merubah sikapmu terhadapku. Aku takut kamu bosan. Aku takut kamu pergi begitu saja, Sama seperti mereka yang sebelumnya, Aku takut kamu melangkahkan kaki lebih jauh menghindariku.

Belum semua hal yang kutakutkan kujabarkan disini, Aku takut kamu menjadi menjauh karenanya. Lalu, bagaimana jika aku bahagia denganmu? Bagaimana jika aku menjadi terlalu senang berada di sampingmu? Apa kamu akan tetap ada di sampingku? Bagaimana jika aku merasa nyaman saat berada di balik punggungmu? Apa kamu akan tetap berada di depanku?

Ku harap kamu mengatakan "iya". Dan kata selanjutnya itu terserah kamu. Aku tak pernah ingin memaksakan egoku. Biar kamu saja yang menentukan. Terima kasih. Saat ini aku bahagia denganmu.
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Aku senang jika aku harus tahu banyak tentangmu, tentang masa lalumu, tentang masa ini yang sedang kamu rasakan, tentang masa depan yang sedang kamu rencanakan, tentang masa yang masih menjadi misteri yang belum ada atau kamu inginkan dalam kehidupanmu. Aku senang tahu hal apa pun tentangmu. Atau haruskah ku ubah judul ini menjadi "tentangmu"? Terlalu banyak hal yang ingin aku sampaikan tentangmu. Tentang betapa senangnya aku bisa bertemu denganmu. Tentang betapa bahagianya aku bisa mengenal kamu bahkan lebih dari itu.

Aku memang senang mendengar banyak hal tentangmu. Aku bahagia bisa mendengar banyak hal yang bisa kamu sampaikan. Aku memang tak begitu terkejut mendengar cerita masa lalumu karena memang wajar dan tentu saja, sama denganku. Aku memiliki masa lalu, begitu pula kamu. Bukankah kita banyak belajar dari masa lalu? Aku tak masalah dengan masa lalumu. Malah aku senang mengenal masa lalumu. Bukannya aku takut, tapi aku malah tertawa mendengarnya. Kamu memang menarik. Kamu memang bisa membawa banyak hal menjadi sebuah tawa. Aku memang sedikit memikirkannya. Tapi tidak lagi, karena aku percaya denganmu.

Berkaca dengan masa lalu sudah pasti sering dilakukan. Aku pun kadang masih berkaca dengan diriku di masa lalu. Lama tak berjumpa, dan saat berjumpa aku terkejut karena memang sangat berbeda dengan diriku yang sekarang. Tak masalah, karena aku bertemu denganmu. Denganmu aku merasa bangkit kembali. Dengan kehadiranmu, entah kenapa menjadi penyemangat. Karena denganmu aku berhasil menghilangkan rasa mati rasa yang sempat merenggut diriku menjadi pribadi yang dingin.

Kamu harus percaya, aku sangat senang kamu mau berbagi cerita denganku. Kamu berbagi banyak hal tentang masa lalumu. Kamu berani mengenalkanku akan artinya kehilangan dari ceritamu. Tentu saja, kamu hidup sedikit lebih lama dariku. Kamu sudah banyak melewati dan menjalani rintangan. Aku akan meyakinkan diriku bahwa kamu memang untukku.

Sungguh, aku bersyukur bisa bertemu denganmu dan masa lalumu.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Aku Senang Tak Tahu Namamu

Sudah berjalan hampir 5 bulan sejak awal masuk kembali ke dunia pendidikan. Mata itu, senyum itu, ya orang itu yang masih saja membuatku senang untuk sekejap saja menatapnya. Dari jarak 1 meter, dari jarak beberapa cm, aku tahu dimana dia berada. Tepat, tempatnya tak pernah berubah. Aku tak pernah tahu apa maksud tatapannya yang menurutku memukau. Mungkin memang aku yang merasa ge-er hanya dengan ditatapnya.

Aku tak pernah tahu namamu. Bahkan temanku pun tak tahu kau siapa. 2 hari dalam semingguku selalu ku tunggu hanya untuk melihatmu. Di musola. Di depan. Di atas sepeda motormu. Di musola saat kamu sedang iqomah, kamu menengok ke belakang 2x dan membuat mata kita menjadi bertemu 2x. Aku sungguh tak mengerti apa maksudnya. Di depan, di atas sepeda motormu, di tempat yang sudah ku tebak pasti kamu sedang berada di situ, mata kita bertemu kembali. Selalu seperti itu. Tatapanmu berbeda. Aku masih tak mengerti. Saat pulang aku melambaikan tanganku ke temanku, tapi matamu masih sama. Sedikit membuatku berdebar. Ya, hanya sedikit.

Aku hanya merasa penasaran hingga bukuku menjadi penuh dengan pertanyaan yang selalu muncul di pikiranku. Simpel. Siapa namamu? Yap. Hanya itu saja.

Tapi, entahlah. Ku rasa aku tak harus melakukan itu lagi, aku tak bisa terus berharap untuk bisa melihatmu lagi dalam 2 hari itu. Aku tau seseorang akan merasa sakit jika tau selama ini aku selalu memperhatikanmu. Aku cukup senang tak tahu namamu. Tak tahu tentangmu apalagi kehidupanmu. Cukuplah saja aku hanya sebatas "tahu" bahwa kau juga sama sepertiku. Sama-sama mencari ilmu di tempat itu. Terima kasih atas tatapan sayumu yang pernah membuatku bersemangat untuk kembali menimba ilmu.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
terima kasih

Selamat tinggal. Bisakah aku benar-benar mengatakan itu? Tentu saja bisa. Itu bukan hal yang sulit. Tanpa beban, akhirnya aku bisa mengucapkannya. Kukira kamu melupakanku hingga tak mengatakan sepatah kata pun saat akan pergi. Ternyata aku salah. Aku hanya terlalu cepat mengatakannya, tepat sebelum kamu akan mengatakannya. Aku tak tahu kepada siapa maksud kata itu. Mungkin bukan untukku saja. Tapi, bolehkah aku sedikit menyangkalnya dan mengatakan itu untukku. Aku senang bisa mendoakanmu di waktu terakhir kita berkirim pesan.

Terima kasih. Terima kasih atas senyummu. Aku bahagia bisa bertemu denganmu. Berbincang hal yang sama-sama kita sukai. Menonton bersama walau hanya setengah jam. Menemanimu makan bekal dan berdiskusi tentang arti video yang kita tonton. Aku senang mengenalmu walau hanya sebentar. Sebentar. Ya waktu singkat yang sempat membuatku sedikit saja merasa senang atas hadirmu. Waktu singkat yang selalu membuatku salah paham. Terima kasih untuk terima kasihmu. Berkat itu, kupikir bisa membuat kita tersenyum dalam waktu yang sama.

Penyesalanku saat pertama kali kita bertemu setelah perpisahan pertama, akhirnya bisa terbayar di pertemuan kedua kita setelah perpisahan pertama itu. Pertemuan yang cukup lama, pertemuan yang menyadarkanku tentang status barumu. Pertemuan yang menyenangkan karena aku bisa berbincang sambil duduk di bangku yang sama denganmu dan tentu saja berbincang hal yang sama-sama kita gemari.

Ini adalah perpisahan kedua kita. Yang kuyakini akan menjadi perpisahan terakhir dimana kita takkan pernah bertemu lagi secara langsung. Sekali lagi selamat tinggal dan terima kasih. Selamat tinggal, semoga kamu tetap menjadi dirimu sendiri. Terima kasih karena kamu tetap menjadi dirimu sendiri dalam kalimatmu di perpisahan terakhir kita.

Talking to you makes my day.

Aulia
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Bagaimana Caranya Memulainya?

Setelah sekian lama mengosongkan hati, pasti juga akan tiba saatnya untuk mengisi hati kembali. Membuka hati yang sudah lama tertutup. Mengembalikan kehampaan menjadi hati baru yang siap untuk berdetak lebih cepat lagi. Tak banyak hal yang kutahu tentang bagaimana cara memulai semuanya. Tak tahu harus apa. Saat ada satu hal yang membuat jantung kembali berdetak, berbeda dari biasanya, apa daya aku yang menjadi seorang wanita. Wanita pendiam dan tertutup yang tak banyak action dan hanya bisa tersenyum jika melihat sesuatu yang menenangkan.

Tak mudah untuk memulai sesuatu yang sudah lama ditinggalkan. Pernah. Dalam sekejap, hanya dengan sebuah penjelasan. Yang berbuah sebuah pujian. Tiba-tiba rona wajah berbeda dan senyuman baru muncul begitu saja. Notifikasi yang biasanya selalu kuabaikan, menjadi lebih sering kutatap dan kutunggu munculnya notifikasi baru. Hanya satu yang selalu menjadi pertanyaan untukku. 

Bagaimana cara memulainya? Bagaimana cara membuatku tidak menunggu, tapi ditunggu?

Sampai saat ini pun aku tak tahu bagaimana caranya. Tak adakah yang bisa membantuku? Aku ingin memulai komunikasi tapi aku tak tahu bagaimana cara menyapanya. Dan bahkan aku tak tahu apa yang harus kubahas. Aku takut suatu hal tapi aku tak bisa karena begitu banyak pertanyaan yang muncul di kepalaku. 

Mengertikah dia? Pahamkah dia? Sungguh aku tak tahu. Aku masih tak mengerti sebenarnya. Apa ini hanya seperti cahaya kunang-kunang? Ah, buatlah aku paham walau hanya sedetik saja.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
3 Hari 2 Malam di Bandung

Sebelum cerita cuma mau bilang "Bandung, kota kelahiranku punya banyak tempat wisata yang bagus dan indah. Dan Indonesia adalah surganya wisata dunia."

Tanggal 11 November 2015, aku + temen-temen kantor pergi refreshing, pergi liburan ke Bandung untuk 3 hari 2 malam. Jujur aja, 3 hari 2 malam belum cukup buat liburan. Soalnya, ternyata asik + seru banget jalan-jalan bareng mereka semua :').

Hari itu hari Rabu, hari pertama pergi ke Bandung. Kita semua sekitar 21 orang, berangkat jam 7. Kumpul jam 6 di kantor Srengseng, tapi ada yang datang ngaret :p jadi berangkat jam 7 deh. Pagi itu rasanya seneng banget. Semuanya kayaknya raut mukanya bilang "udah ngga sabar ih". Entahlah, apa cuma aku doang yang ngerasa gitu? Haha kayaknya engga yaa.

Kita semua pergi ke Bandung dipandu sama tim Dago Holiday. Bisnya imut, dalemnya rapi dan udah di-suguh-in sama Air Mineral juga Roti + Kue dari Holland Bakery. Perjalanan ke Bandung ngga begitu ngabisin waktu lama karena itu bukan WeekEnd. Tapi, yang bikin lama yaa Jakarta itu sendiri, mau ke tol aja abisin waktu 1 jam karena macet yang udah jadi kebiasaan -_-


Lanjut aja langsung yaa, kita semua sampe di Bandung sekitar jam 12 siang,dan lokasi pertama yang dikunjungi itu Rumah Makan Ikan Balap. Lokasinya ada di Jl. Raya Lembang No.305, Lembang, Bandung Barat 40391.



Ngapain ke Rumah Makan? Ya buat makan karena udah jam makan siang dan buat solat juga karena udah masuk waktu Dzuhur. Di sini ya kita makan-makan. Namanya Ikan Balap tapi menunya ayam. Ayam balap kali ya haha. Tapi asli deh sayur asemnya enak banget :ngiler

Abis makan, 2 bosku buka kardus gede yang isinya kue. Sebenernya perjalanan kita ke Bandung sekalian buat ngerayain Anniversary kantor :D Taun ini adalah 2 tahun kantorku berdiri cieee.

Abis makan+acara tiup lilin, Dago Holiday mandu kita semua ke Floating Market. Dimana lokasinya? Lokasi Floating Market ada di Jl. Grand Hotel No. 33 E, Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat 40391.

Liat mapnya aja deh ya :


Sesuai sama namanya, Floating Market ini berarti Pasar Apung. Yap, jadi jualannya di kapal yang ada di atas air hehe.
floating market lembang bandung

Di Floating Market ini, yang dijual itu makanan+minuman, dan ada hal unik yang harus kita lakuin buat beli makanan atau minuman di Floating Market. Kalau beli harus pake uang koin yang udah disediain disana. Jadi uang yang kita punya dituker sama uang koin khas yang ada disana.
Floating Market Bandung

Tapi sayang banget, ngga bisa foto koinnya karena aku udah kekenyangan makan di Ikan Balap. Jadi males beli apapun di Floating Market :( tempat ini cocok juga buat yang suka foto-foto hehe pemandangannya bagus. Ada taman kecil juga disana. Dan ada booth buat foto-foto kayak gini :
Floating Market Bandung

Disana cuma sebentar karena mendung, yah kita liburan di musim hujan tapi seruuuu abis. Selesai dari sana, akhirnya kita dipandu ke tujuan utama liburan ke Bandung. Bisa tebak kita kemana? Kita semuanya, nginep di Terminal Wisata Grafika Cikole. Beuh, buat yang suka alam, suka tempat terbuka, suka hutan, suka pemandangan. Tempat ini pas banget buat dikunjungi. Dimana sih lokasinya? Lokasinya ada di Jalan Raya Tangkuban Perahu KM. 8,Cikole, Lembang,Cikole,Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat 40391.



Ini dia beberapa foto di Terminal Wisata Grafika Cikole :

Bagus kan? Alami, asri banget ini mah. Disana udah ada banyak orang-orang yang emang lagi liburan juga. Tempatnya asik, banget. Ruangan tempat buat istirahatnya itu disebut Cottage. Cottage-nya ngga begitu kecil ngga juga besar. Pokoknya pas banget buat ber-empat.

Dalam cottage udah disediain 3 kasur untuk couple. Jadi, kira-kira bisa untuk 6 orang dalam 1 kamar, ada juga 1 kamar mandi yang isinya toilet sama shower (shower-nya bisa pake air dingin atau air hangat). Ada TV, dispenser, gelas, peralatan mandi, dll. Lengkap abis!

Satu lagi, ada tempat favoritku di Cottage. Bisa tebak? Ada balkon yang langsung menghadap ke pohon-pohon pinus + bisa nengok yang ada di Cottage sebelah hahaha bercanda. Indah banget pemandangannya. Yang biasanya liat gedung-gedung, jalanan berasap, langit yang tak berbintang cielah, disini yang keliatan sinar matahari, pohon-pohon, suara-suara jangkring, beuh speechless banget :')

Hari pertama di Grafika Cikole, karena sampainya sore+gerimis, jadi semuanya istirahat dulu. Mandi, solat ashar, dll. Cuaca sama suasana di sana enak banget buat tidur. Baru pertama tiduran aja rasanya nyamaaan banget. Malemnya, setelah makan malam dan main game aneh, ternyata di deket Cottage ada yang lagi nge-DJ, nge-dugem atau apalah itu. Semaleman musik DJ asik diputer di sana sambil banyak orang yang merhatiin. And how about us? Kita engga ikutan hehe. Yang kita lakuin malam itu adalah duduk di deket api unggun sambil bakar jagung. Jadi inget puncak :D

Tapi, sambil makan jagung bakar, aku juga bulak-balik main di Cottage-nya laki-laki buat main PES. Malem itu aku main PES lawan Aldo. Babak pertama aku masih bisa bertahan meskipun Aldo berhasil masukin 1 bola ke gawang. Tapi, pas babak ke-dua, Aldo bener-bener nyerang dan akhirnya aku kalah 3-0 hmm maklumin yaa.

Sebenernya ada kejadian lucu yang terjadi pas malem sehabis bakar-bakar jagung, tapi kejadian ini rahasia ya :p Oke, next hari berikutnya 12 November 2015, setelah tidur pules semaleman saking dinginnya, kita semua bangun pagi-pagi sebelum jam 6. Dan jam 6 kita olahraga pagi (jalan) naik ke bukit dan liat pemandangan kabut yang kereeeen banget.

Setelah selesai liat pemandangan dari atas bukit yang indah, kita semua ke pendopo buat makan pagi, sekitar jam 7-an. Sambil makan, aku, Dwi, Ekky, Fachrul, Aldo, David sama Gobel ngobrol tentang katanya (kata mereka sih) "ada cewek yang kesurupan" malem-malem, cewek yang abis nge-DJ semalem, katanya terbang naik ke pohon sambil teriak-teriak, horror and ngga mungkin banget. Soalnya ekspresi mereka ngga meyakinkan haha. Habis itu kita foto-foto lagi di pendopo. (Foto-foto mulu ya :p)

Selesai makan, kita ngelakuin hal yang seruuuu abis. Ngapain? Kita mulai Outbound. Hihi asik kan? Aku list yaa outbound di hari ke-dua :

1. Paintball
Yang pertama itu main paintball, ini seru bangeeet. Buat yang suka main game perang-perangan macem Point Blank atau Counter Strike pasti taulah jenis game apa ini :D  pertama semuanya dibagi jadi 2 kelompok. Kelompok aku pakai baju loreng + rompi loreng, kelompok lawan pakai baju loreng + rompi hitam. Isi kelompok aku ada Pak Agus, Pak Renra, Pak Neilson, Pak Ryza, Dwi Asrullah, Gobel sama Dwi. Isinya bos semua sssttt. Dwi Asrullah yang jadi ketua bilang "Sepertinya kelompokku ngga bakal menang." Tapi tau ga, siapa yang menang di game ini? Kelompok aku menaaang! Hebat kan, Pak Neilson yang paling akhir lawan Pak Rully akhirnya berhasil nembak Pak Rully :D

Di game ini aku berhasil bertahan cukup lama, aku diserbu sama 2 orang langsung, sama Pak Bartho dan Pak Rully. Beruntung ada pohon yang banyak cabangnya jadi aku bisa nembakin pak Bartho sama Pak Rully dari situ. Tapi, akhirnya tetep aja ketembak Pak Bartho kena ke helm bagian bibirnya. Peluru yang pecah airnya kena mulut dan serius rasanya pait banget :takuts

2. Personal Game
Personal Game ini isinya kayak permainan-permainan buat refresh otak + hiburan gitu dan isi gamenya ada banyak. Yang pertama yang dimainin itu semuanya bentuk lingkaran, pegangan tangan terus nanti pemandunya bilang "kalau saya bilang angin kanan berarti ke kiri, kalau angin kanan ke kiri, dst". Yang ke-dua nyanyiin yel yel pake gerakan, isi lagunya gini "Making Melody in My Heart 3X For A Friend All of Friend" gitu kayaknya mah haha. Yang ke-tiga kayak nyari pasangan gitu, kalau pemandunya bilang "Patung Pancoran" = diri sendiri jadi patung pancoran, "Berdansa" = cari 1 pasangan buat dansa, "Lampu Merah" = cari 2 pasangan buat jadi lampu merah, dst. Yang ke-empat dibagi jadi 2 kelompok, dan masing-masing kelompok buat yel-yel sama jadi benda yang udah dikasih sama pemandunya. Yang ke-lima gamenya masih per kelompok. Ada 4 game gitu deh.

Yaah pokoknya ini seru banget. Capek juga sih tapi aku sukaaa. Soalnya kita bisa ketawa puas + seru-seruan bareng :D

3. Panjat Tebing
Buat aku pribadi, ini adalah game yang menegangkan :takuts aku ngga ikutan main panjat tebing karena udah takut duluan haha payaaah -_- tinggi dari atas ke bawah kurang lebih 7 meter, aman sih soalnya pake tali, tapi tetep aja ngeri ngeliatnya.

4. Tali
Aku lupa ini namanya apa,

5. Flying Fox
Aku yakin pasti kalian udah ngga asing sama game ini. Yap. Flying fox adalah game yang asik buatku. Dan jujur aja ini pertama kalinya aku naik Flying Fox. Awalnya ngeri sih karena liat ke bawah tinggi banget tapi pas udah diayun, didorong, wuuuussssss pemandangan dari atasnya keren banget :matabelo

6. Rafting
Ini juga game yang paliiiing aku suka. Kenapa? Soalnya seru, main arung jeram. Dan moment pas main arung jeram ini pas banget. Lagi hujan! Beuh jadi makin seru deh mainnya. Pas main ini, aku se-perahu sama Aldo and David. Yang di depan Aldo, aku ke-dua dan David duduk di belakang :D. Air di sungainya cukup deras, dan banyak dari kelompok lain yang jatuh sampai kebalik perahunya. Tapi, kelompok aku aman + happy-happy aja karena ngga ada 1 pun dari kita yang jatuh :cool eh, ada! Aldo hampiiir aja jatuh tapi langsung aku tarik dan dia malah ketawa-ketawa pas hampir jatuh -_-

Banyak kejadian lucu pas lagi rafting sebenernya, tapi kalau diceritain ntar malah panjang ini satu page :D

7. Berendam di Air Hangat
-------------------- to be continued --------------------------- Kayaknya segini dulu ceritanya, nanti di-update deh plus sama gambarnya juga hehe soalnya sibuk ngajar nih, oh iya ini bocorannya kemana lagi abis rafting + berendam air hangat di Ciater. Spoiler :

Tangkuban Perahu
Dusun Bambu
Cihampelas
KM 97
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Bulan November Tahun 2015. Kupikir aku baru saja menginjak bulan ini. Baru saja masuk di minggu ke-2 dan belum masuk minggu ke-3. Bulan November 2015 ini adalah bulan yang paling menyedihkan untukku. Bukan untuk kalian. Tepat di hari pertama bulan November, hari Minggu pukul 7 kurang, aku sedang bersiap-siap untuk pergi kerja ke Jakarta. Adikku masih malas-malasan di kamarnya. Ibuku sedang dalam perjalanan ke Garut untuk menengok kakekku yang sakit. Bapakku sedang mengangkat telpon dan telpon berakhir dengan kata "Innalillahi." Lalu, pintu kamarku terbuka dan bapak mengatakan "Apa meninggal." (Apa = sebutan untuk Kakekku). Aku langsung terdiam. Adikku langsung menangis lalu mandi. Dan hari itu aku mengambil cuti kerja untuk langsung pergi ke Garut.

Sampai di Garut, ada fakta yang membuatku lebih sedih. Nenekku sudah tidak bisa mendengar dengan jelas. Saat Kakekku sudah meninggal dan dibawa ambulance menuju rumah, Nenekku tak tahu kalau Kakek sudah tak ada. Nenek malah memijit kaki Kakekku mengira Kakek hanya tertidur :(. Dan saat Kakekku akan disolatkan, Nenekku berkata "Pengen ikut solat". Dia mengira orang-orang akan solat duha. Satu lagi, Nenekku sudah sangat pelupa. Dia sudah lupa denganku. Sama sekali tak ingat. Aku takut, jika suatu saat Nenek akan bertanya "Dimana Apa?". Entahlah. Aku tak tahu harus menjawab apa.

Dan benar saja, ibuku cerita, saat ibuku tidur di paha Nenekku, Nenek bertanya kepada Ibu "Nyai, apa dimana? Kenapa meni lama di luarnya?". Ibuku bilang "Astagfirullah, Emak, Apa teh udah gaada". Dan Nenekku menangis sejadi-jadinya. Aku tak bisa membayangkan jika suatu saat aku seperti Nenekku. Kadang lupa, kadang ingat.

Lalu di hari ke-7. Tepat saat seminggu di bulan November, aku kehilangan benda yang sangat kusayang. Handphoneku menghilang :(. Entah dicuri atau aku yang teledor karena meletakkannya sembarangan. Yang ku tahu, saat aku pergi ke kampus, aku melewati stasiun yang ternyata sangat ramai. Aku megendong tasku di belakang, handphoneku ada di tempat paling depan tas :( sungguh aku menyesal meletakkannya di sana. Saat sudah di kampus, saat aku cek tas, tasku sudah terbuka. Aku pun meminta teman untuk menelpon nomorku, tapi ternyata sudah tak bisa. Aku menangis di depan teman-temanku. Hari itu hujan sangat deras, sangat tak mungkin untuk mengecek handphoneku. Akhirnya, handphoneku benar-benar hilang dan tak akan kembali lagi padaku :(

Bulan November Tahun 2015. Mungkin ini adalah bulan dimana aku diberi cobaan :'). Ibu selalu bilang "Ikhlasin". Tapi, jujur saja sampai saat ini aku masih belum bisa ikhlas.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Berbahagialah Cinta Sementaraku

Siang ini baru saja ku ingat sesuatu. Namamu. Aku pernah tersenyum saat mendengarnya. Wajahmu. Aku pernah tersipu malu saat bertemu denganmu. Tawamu. Aku senang melihat sederet gigi rapimu. Tatapan mereka. Mereka pernah melihatku dan kamu berjalan bersama saat pulang sekolah. Tepat setelah kau menungguku piket. "Pacaran?" ya, kamu tau mereka pernah bertanya seperti itu. Kita hanya tertawa sambil menggelengkan kepala dan berkata "Engga".

Yang ku ingat, dulu kamu punya sebuah temporary tattoo di lenganmu yang bertuliskan nama pacarmu yang berbeda sekolah denganmu. Dan aku? Akupun punya seorang pacar. Pacar yang jarang mengajakku pulang bersama. Atau saat itu aku baru saja putus? Entahlah, aku lupa. Satu hal lagi yang ku tahu, kamu punya nomor ponselku. Begitupun aku. Kita sangat jarang bertukar pesan. Ya, mungkin hanya pesan yang berisi basa-basi.

Aku lupa detailnya. Yang ku tahu saat itu sore di hari Jum'at. Kupikir aku punya sedikit rasa denganmu. Kamu duduk di sebelah kananku. Aku yang suka menulis, menulis 1 lembar kata-kata menggunakan bahasa Inggris. Kau tau sendiri, aku menulis tentangmu. "Nulis apa?" kamu pernah bertanya seperti itu. "Nulis ini." kutunjukkan kepada kamu. Kamu tertawa dan tersenyum. Aku yakin kamu paham maksud tulisan itu. Kamu mengambil buku dan menulis dengan menggunakan bahasa Arab. Latinnya seperti ini "Anna Uhibbu ... Ilaika/Iaiki ya lupa ". Kamu bilang "ini buat kamu". Aku yang memang tak paham bingung. "Artinya apa?". Kamu tertawa lagi. "Serius ngga ngerti?" "Iya" "Bagus deh haha" "Ih apa" "Cari tau sendiri" dan kamu pun tersenyum.

Aku penasaran. Sampai pulang sekolah pun aku masih penasaran. Kamu hanya tertawa dan tersenyum sangaaaat manis. Aku serius. Karena penasaran, aku pun mencari temanku yang pintar bahasa Arab. Dia tertawa dan bilang "Aul, itu artinya aku cinta kamu". Dalam sekejap aku langsung menutup wajahku karena malu dan terus tersenyum. "Kenapa nanya gitu?" "Engga" "Hayo siapa yang bilang itu?" "Engga ada ihhh" Akupun langsung berlari dan pulang. Dan di jalan pulang, aku terus memikirkan kamu. Sungguh malu jika kuingat-ingat hal itu aku tersenyum sendiri saat pulang sekolah.

Aku lupa urutannya. Setelah hari itu, aku tak pernah membahas hal itu, begitu juga kamu. Kita tau diri. Saat itu malam hari, aku kerja kelompok di rumah teman yang dekat dengan rumahmu. Aku iseng, aku kirim sms "Lagi dimana? Aku lagi di deket rumah kamu, di rumahnya ...". Kamu ngga bales. Tapi, pas lagi di rumah temen, tiba-tiba ada suara motor. Ternyata itu kamu. Temen aku nanya "ngapain kesini?" kamu cuma bilang "pengen maen aja" terus senyum ke aku. Kamu tau? Malem itu aku ngga fokus. Aku deg-degan. Iyasih ngga cuma berdua. Ada temen cewekku, 2 temen cowok sama kamu. Aku ngga ge-er. Tapi, mata kamu ngeliat aku terus. Aku jadi salah tingkah.

Pas mau pulang, serius aku pengen pulang bareng kamu. Iya nebeng maksudnya. Aku sengaja. Aku pengen tau gimana feel-nya. Kamu udah liat aku. Terus bilang "Yuk" aku seneng. Tapi, teman cowokku bilang "Sama gue aja. Kan tadi udah dititipin sama ibu lo". Dan akhirnya aku cuma bisa diem. Sungguh, aku malas melihat ke depan. Aku jadi malas melihat kamu yang berpelukan dengan teman cowokku yang lain. Dan kalian tertawa. Teman cowok yang bareng sama kamu bilang "Kayak gini dong Ul." dan kamu tersenyum (lagi) kepadaku.

Hiraukan saja cerita malamku yang itu. Kamu tau, temanku yang selalu satu kelas dengan kita setiap hari Jum'at? Iya, mungkin dia juga pernah menjadi "seseorang" bagimu. Kamu tau, dia selalu bercerita denganku. Aku sedikit merasa sakit saat tau kamu selalu pergi bersama dia. Dia bercerita kemana saja kalian pergi bersama. Makanan apa yang kalian makan bersama. Disitu, aku langsung berpikir "Dia tau lebih banyak dari aku, dia sepertinya spesial untukmu, dia sudah ..." ah sudahlah. Sejak saat itu, aku sedikit menjauh. Aku menjadi pendiam. Terkadang aku melihat kalian. Padahal masing-masing sudah punya hmm. Aku sedikit cemburu. Aku yakin aku memiliki "perasaan" untukmu. Tapi, langsung kusingkirkan setelah tau fakta yang kulihat.

Ya, hanya sebatas itu. Hanya sementara. Setelah berlanjut naik kelas. Aku tak pernah lagi bertukar pesan denganmu. Begitu pun kamu. Aku hanya bisa tersenyum dari jauh. Dan saat kamu memiliki pacar baru, aku berkata "tumben awet, hebat". Akhirnya, aku tau pacarmu itu akan menjadi istrimu saat ini. Congratsss :)



Kau dan aku tau, tak ada seorang pun yang tau hal itu. Bahkan sampai saat ini. Saat seminggu lalu kulihat undangan online yang tertuliskan namamu dan banyak orang yang membicarakanmu. Aku jadi ingat kamu hehe. Berbahagialah kamu, cinta sementaraku :)
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Yap, kemaren malem jam 10:44 aku baru aja selesai baca novel Dilan yang kedua. Novel karya Pidi Baiq ini emang udah aku tunggu lamaaa banget setelah aku selesai baca novel Dilan yang pertama. 2 novel ini judulnya sebebernya cuma beda 1 angka doang. Novel pertama judulnya "Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990". Dan novel kedua judulnya "Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1991". Beda tahun. Kedua novel ini high-recommended banget buat orang yang suka novel daaan yang ngga suka novel pun bakal suka sama novel unik ini.

Jadi, ceritanya aku punya temen yang ngga begitu suka sm novel. Dia ini ngga begitu suka sama novel. Baca aja ngga suka gimana novel yang isinya panjang? Nah, waktu itu aku pinjemin dia novel Dilan yang pertama. "Ini baca deh. Dijamin kamu bakal senyum-senyum bacanya." Aku bilang gitu ke dia dan akhirnya dia baca sampai tamat! Dia suka. Nah itu alesan kenapa recommended juga buat yang ngga begitu suka novel.

Oke, ini reviewnya buat novel Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 & 1991.

Waktu itu aku lagi chat sama kaka kelas. Dia sama kayak aku. Suka novel. Terus dia bilang "baca novel Dilan deh". Yaudah pas aku lagi ke toko buku, langsung aja aku beli novel Dilan. Itu dia awal aku kenal sama novelnya surayah. Di hari yang sama pas beli buku itu, aku langsung baca, ngga sampe selesai sih soalnya aku masih harus belajar karena waktu itu masih sekolah. Daaaan, itu novel ajaib! Percaya ngga percaya, aku ngerasa kayak lagi jatuh cinta tau ga? Baca novelnya sampe senyum-senyum. Kebayang-bayang. Berasa jadi Milea. Iya, Milea Adnan Hussain. Tokoh utama cewek di novel Dilan. Rasanya tuh kayak lagi ngebayangin memori lama. Jadi Dilan itu novel romance eh romance bukan ya? Ya kisah cinta remaja SMA gitu. Tapi, Dilan ini punya cara unik buat nunjukin kalo dia suka sama Milea. Beda sama cowok lain. Mungkin kalo ada yang niru cara Dilan bakal bikin ilfeel. Tapi, Dilan engga! Dilan itu asik, unik, bikin berdebar-debar. Uh, makasih surayah udah ciptain Dilan.

Novel Dilan 1990 Pidi Baiq
Ini cover novel Dilan 1990 (itu Dilan, aku jatuh cinta sama dia)

Bayangin aja, ketemu pertama udah ngeramal. Terus datang ke rumah bilangnya dari petugas usaha kantin. Pas ulang tahun dikasih TTS. Terus kasih surat ke tetangga sebelah isinya bilang minta izin buat suka sama Milea. Cara konyol tapi aaaaah. Dilan aku jatuh cinta♥

Jadi, kurang lebih di Dilan pertama ini kisah pendekatan Dilan ke Milea dan diakhiri sama Dilan Milea pacaran. Ini quotenya Dilan yang booming "Milea, kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Enggak tahu kalau sore. Tunggu aja" (Dilan 1990)

Itu reviewku buat Dilan pertama. Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990.

Novel Dilan kedua. Ada beberapa part yang masih bikin ketawa plus senyum-senyum. Terus sisanya? Ceritanya bikin deg-degan, cemas, khawatir dan yang terakhir, nyesek. Paraaaah, novelnya bisa bikin suasana sendiri. Dan bener-bener kerasa. Aku ngerasa takut pas tau Dilan dipenjara. Aku sakit hati pas Dilan putus sama Milea. Aku nangis pas Milea cerita tentang Dilan di part akhir. Kenapa Dilan ngga sama Milea sampai akhir? :'(

Novel Dilan 1991 Pidi Baiq
Ini cover novel Dilan 1991 (itu Milea, cantik ya)

Nah, novel kedua ini nyeritain masa pacarannya Dilan sama Milea. Sampe mereka akhirnya putus.

"Tujuan pacaran adalah untuk putus. Bisa jadi karena menikah, bisa karena berpisah." Quote Pidi Baiq

Eh Dilan sama Milea ngga taunya tujuannya untuk berpisah. Ikutan sakit beneran deh :(

Coba Dilan ada beneran ya. Ada di waktu yang sama kayak aku. Terus aku itu Mileanya Dilan. Kan nama panggilannya Milea sama kayak aku. Lia. Hehe. Tapi, kalo aku jadi Milea, aku gabakal nampar Dilan. Soalnya Ibu bilang "Sesakit apapun atau semarah apapun sama cowok jangan pernah nampar cowok soalnya kalo cowok udah kasih sumpah serapah bakal kejadian di masa depan."

Bahasa yang ada di kedua novel Dilan ini juga unik. Gaya bahasanya lucu :D beda dari novel lain yang pernah aku baca. Silakan baca kalau penasaran. Ini rekomeeeen banget. Based on true story yang bener-bener gokil :)

Itu dia review dari aku. Novel Dilan ini jadi buku favorit aku sekarang. Makasih ayah, bukunya bener-bener bikin bahagia. Berarti ayah banyak pahala udah bikin banyak orang bahagia aamiin

Ini dia blog penulisnya : http://ayahpidibaiq.blogspot.com/ ayah hebaaaat :D

Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990
Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1991

*UPDATE*

Nah udah baca 2 buku itu pasti bakal penasaran gimana ya pandangannya Dilan ke Milea. Daaaaan ini dia cover buku yang lagi ditulis sama Pidi Baiq :
Novel Milea Suara Dilan Pidi Baiq
Akhirnya, buku tentang Milea ada! Tapi ya harus sabar nunggu ya ! :D Sok yang ngga percaya Piqi Baiq lagi bikin buku Milea :p nih diliatin tweetnya ayah :


Ngegambar itu ngantuk. Mungkin ini alternatif covernya. Tp naskahnya jg blm selesai kutulis. Mdh2n bisa cepet. Yoi! pic.twitter.com/pDFB1kq449
— Pidi Baiq (@pidibaiq) August 17, 2015
Atau yang ini :
Covernya setelah dapat masukan (aslinya kritik) dari Milea Sadam Hussain :))) pic.twitter.com/myqHiaaAY1
— Pidi Baiq (@pidibaiq) August 19, 2015
**UPDATE**
Baca Reviewku tentang Novel Milea Suara dari Dilan yuk!
Share
Tweet
Pin
Share
32 komentar
Kepada Kamu, yang Tak Akan Pernah Tahu

Hai, akhirnya aku bisa bertemu lagi denganmu. Dengan semua angan yang selalu kuciptakan, dengan semua khayalan yang kuperbuat. Kuhancurkan sendiri karena kebodohanku. Aku memang bodoh. Dengan begitu mudahnya aku langsung ikut terjatuh hanya karena perlakuanmu dulu. Hanya karena pertemuan kita yang singkat.

Sungguh bodoh hanya karena seutas senyum yang bukan diberikan hanya untukku, rasanya aku sulit untuk kembali tersenyum dengan rasa yang sama.

Aku tahu kamu tak tahu perasaanku. Yang selalu membuatku bimbang apakah arti dari debaran yang ada di dada ini. Yang selalu membuatku bingung apakah arti kesakitan saat melihat matamu menatap seperti penuh arti kepadanya.

Aku juga tak tahu perasaanmu. Yang selalu membuatku berharap bahwa statusmu di malam itu memang untukku. Malam dimana pertama kali kugenggam erat jaketmu karena hujan yang deras. Dan hujan di malam terakhir saat kamu membuatku berdebar untuk pertama kalinya.

Pertemuan singkat itu selalu membuatku penasaran. Mengapa hatiku berdebar kembali saat melihatmu lagi. Dan mengapa hatiku juga merasakan sakit di waktu yang sama.

Padahal, sehari setelah perpisahan denganmu, kamu selalu mengatakan merindukanku. Dan aku selalu merindukanmu saat hujan. Tak pernahkah kau memikirkan hal yang sama? Ah, rasanya tak mungkin.

Aku tahu kamu sudah memiliki seseorang yang membuatmu berusaha untuk membahagiakannya. Tapi, saat aku melihat matamu menatap mata lain, apa tak begitu cepat untukmu? Dan karena kelakuanmu, seseorang yang lain juga menaruh harap padamu. Ini sangat tak adil. Bahkan, kamu tak pernah memberiku kesempatan hanya untuk berbicara banyak hal denganmu.

Pertemuan denganmu lagi sangat menyakitkan. Aku tahu betul kata pertama yang kamu keluarkan saat melihatku. "I Miss You" itu yang kamu katakan. Kamu tahu? Aku sangat senang. Aku sangat senang bisa melihatmu lagi dan juga kamu mengucapkan kata itu di pertemuan pertama kita yang kesekian. Aku hanya bisa membalas "I Miss You Too" tanpa berani untuk melihat matamu atau bahkan bersorak dalam hati karena begitu senangnya. Aku sangat gugup.

Tapi, sekali lagi aku bodoh. Kenapa aku tak mengajakmu bicara walau hanya sebentar? Kenapa kita tak membicarakan hal yang sama-sama kita favoritkan? Kenapa aku hanya bisa diam melihatmu dari jauh walau ruang itu memang kecil. Seperti ada batas, batas yang kutahu takkan bisa kugapai.

Saat kamu ada disampingku, aku benar-benar ingin menatap keatas, menatap kamu yang bertubuh tinggi. Tapi, apa yang bisa kulakukan? Aku hanya menunduk. Kamu tahu? Aku terlalu membawa perasaanku dengan dalam. Bahkan, aku ingin menangis saat aku tak bisa mengatakan "Bye. Good night" di pertemuan terakhir kita. Tapi, kamu pun tak sedikit menolehkan matamu kepadaku. Kamu hanya terus menatap lurus. Tanpa tahu mataku mengikuti perjalananmu.

Aku tak tahu harus seperti apa. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan saat bertemu lagi denganmu.
Kalau suatu saat kamu membaca ini, pahamilah. Aku memang masih labil karena masih memikirkanmu saat dalam perjalanan pulang ataupun saat sudah sampai.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Melalui uap air yang kulihat dalam botol air mineral itu, tiba-tiba aku teringat hujan. Hujan yang selalu datang tanpa menyapa. Hujan yang selalu senang menyentuh tanah, aspal, kayu, bahkan menyentuhku tanpa permisi. Hujan malam yang saat itu datang dengan tergesa-gesa. Membuat semua manusia bersembunyi mencari tempat yang tak bisa dijangkaunya. Begitu pula dengan makhluk kecil yang ikut bersembunyi karena takut terbawa arus. Payung kecil yang dengan begitu heroiknya mencoba untuk melindungiku tak begitu suka dengan hujan malam yang selalu datang saat itu. Hujan yang datang dengan keras. Seolah mencoba mengajak bertengkar.

Ada 1 payung yang berjalan di depan payungku. Payung yang lebih besar. Yang sebenarnya ingin aku gunakan tapi aku tak ingin juga membawanya. Ada sesuatu berwarna hitam yang digendongnya. Ada juga sesuatu berwarna coklat yang digunakannya. Aku memegang sesuatu yang berwarna coklat itu. Tanpa ada maksud. Tanpa ada apa-apa. Hanya saja merasa dingin, Dan benda coklat itu memang benar-benar hangat. Bersebelahan. Tanpa ada rasa bersalah. Senyum yang mengembang, tawa yang tulus.

Banyak hal yang melihat payung besar dan payung kecil ini merasa senang. Karena berjauhan. Karena kerinduan. Karena hujan. Hujan besar yang tak pernah meminta maaf karena membuatku selalu basah kuyup tak pernah meminta maaf. Tapi, payung kecil yang menahan beratnya hujan selalu berterima kasih karena telah digunakan.

Sungguh. Aku tak pernah berharap bisa merasa berdebar lagi. Tak pernah. Hanya saja, di persimpangan di balik benda coklat itu kembali tersenyum setelah banyak menunjukkan sisi pribadinya. Di balik benda coklat itu, sebuah kehangatan di bawah payung kecilku membuatku sedikit terpaku. Merasa menjadi patung walaupun hanya 3 detik.

Dan di balik benda coklat itu akhirnya menjauh, Tanpa pernah tahu jika itu adalah pertemuan terakhirnya. Pertemuan terakhirnya bersama payung kecil, hujan dan hembusan angin malam. Tanpa pernah tahu payung kecil sedikit berkarat melihatnya bertemu dengan payung lainnya.

Tak pernah ada yang tahu itu. Saat kuucap rindu. Itu rindu yang sebenarnya. Tak ada maksud untuk membuat tersenyum. Hanya ingin menyampaikan apa yang sudah terasa sedikit sesak di dada. Sekarang payung kecil sudah tak pernah digunakan lagi. Bukan salahku. Salahkan hujan yang tidak datang di waktu yang tepat.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

CARI

Sponsor

About me

About Me

This is a half of my world. I love writing very much. Writing is my passion, my hobby and a half of my world ♥

Follow Me

  • instagram
  • twitter
  • facebook
  • linkedin
  • google+
  • tumblr

Followers

Total Pageviews

Popular Posts

  • Review Novel Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 dan Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1991
    Yap, kemaren malem jam 10:44 aku baru aja selesai baca novel Dilan yang kedua. Novel karya Pidi Baiq ini emang udah aku tunggu lamaaa ba...
  • Review Novel Milea Suara dari Dilan
    Halo semua, hari ini aku mau review novel lagi. Mungkin dari kalian ada yang udah baca novel Dilan atau judul lengkapnya " Dilan, Di...
  • Tali, Pisau, Ruangan dan Senyuman
    "Bawakan aku tali yang panjang itu!" Rasanya, aku sering mendengar kalimat itu. Alih-alih untuk menggantungkan diriku di atas...

Labels

blog dilan liburan novel pidi-baiq real-story rekomendasi renungan review sharing story tips-trik travel wisata

Blog Archive

  • ▼  2025 (1)
    • ▼  August (1)
      • My Life After That Happened
  • ►  2022 (31)
    • ►  June (1)
    • ►  April (30)
  • ►  2021 (2)
    • ►  November (2)
  • ►  2020 (6)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2019 (5)
    • ►  December (1)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2018 (17)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (10)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (3)
    • ►  September (2)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (17)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (4)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (9)
    • ►  December (1)
    • ►  October (2)
    • ►  August (1)
    • ►  July (5)
  • ►  2013 (2)
    • ►  March (2)
  • ►  2012 (4)
    • ►  May (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2011 (2)
    • ►  August (1)
    • ►  April (1)

Member of

Instagram Twitter Facebook Google+ Tumblr

Created with by BeautyTemplates