Wanita Pendiam

by - Monday, January 12, 2015

Wanita Pendiam

Tak ada hembusan angin sedikit pun malam ini. Hanya dingin pekat yang memeluk erat. Berselimut kain tebal aku terdiam memandang layar yg bercahaya terang, sangat terang hingga membuatku mengecilkan mata. Terlihat banyak nama di layar, tapi hanya 2 nama yg membuatmu terpaku.

Bukan, bukan dia yg datang menikahiku di mimpi saat itu. Memang sangat dekat. Tapi, bukan dia. Mereka selalu membuatku tersenyum saat melihat kalimat "is writing a messages.." yang lainnya baik, hingga selalu mengingatkanku untuk berhati-hati dan dipoles dengan candaannya. Yang lainnya pun begitu, hitungan dan terlalu percaya diri dengan dirinya namun hati pun memang berkata "ya, memang betul." Itu yang membuatku terpukau.

Sayang, kawanku adalah diam. Tak tahu sejak kapan aku berkawan dengannya. Yang ku tahu, saat melihat beberapa wanita, seketika aku menjadi sedingin es. Tak begitu peduli dengan sekitar. Padahal, dulunya aku tak berkawan dengan diam. Sungguh, aku sangat suka keramaian. Aku takut dengan sepi. Mungkin karena diam itu emas, aku jadi merasa mahal karena berkawan dengannya. Entahlah.. Karena berkawan dengannya, aku jadi sedikit sulit untuk berkawan dengan lawan jenis. Dulu sepertinya mudah. Sekarang?

Aku hanya wanita pendiam, aku hanya bisa menatap langit jika aku rindu dengan mereka. Aku hanya bisa memejamkan mata jika ingin melihat wajah mereka. Yang lebih ekstrim, aku harus tidur untuk bertemu mereka di dalam mimpi. Ini sungguh dilema. Tak adil. Mengapa harus mereka?


Aku tak tahu harus apa, tak tahu harus bertanya pada siapa. Aku hanya wanita yang bisa tertegun melihat mereka dijodohkan seperti itu. Aku hanya bisa berpura-pura tertawa mendengarnya. Aku hanya bisa tersenyum melihat mereka bercanda dengan wanita lain. Hai, aku siapa? Haha. Sangat egois, aku ingin mereka hanya denganku saja.
Tapi aku bisa apa? Sudah kubilang sekarang ini aku hanya wanita pendiam. Andai saja mereka paham yg kurasa lewat mata ini. Mereka peramal? Bisa tau segalanya? Haha tidak. Haruskah aku berbanding terbalik dengan keadaan seperti dulu? Tak apa silakan saja. Aku baik. Baik-baik saja.

Aku tak ingin menangis, rasanya belum terlalu jauh. Belum terlalu dalam. Aku beruntung ya? Seperti ini saja sudah cukup. Teruslah buat aku bertanya-tanya ya? Aku suka. Buat aku tersenyum tanpa sepengetahuan kalian ya? Aku bahagia.

You May Also Like

0 komentar

Halo semuanya, silakan tinggalkan jejak disini ya :) tolong jangan SPAM atau komentar yang berhubungan dengan SARA. Thanks :)