Hanya Draft : Mimpi Kecil di Tidurku Tahun 2015

by - Sunday, January 25, 2015



Aku tak tahu saat itu bulan apa. Entah Februari atau April? Aku juga tak tahu di Jakarta atau Bogor? Coba kalian tebak setelah cerita ini selesai. Tepat saat itu sedang senja, aku sudah tak bekerja lagi, tapi aku memutuskan untuk tidak berada di rumah lagi. Ingin suasana baru yang berbeda pikirku. Memang pada awalnya, ibu tak mengizinkanku untuk pergi. Tapi akhirnya ibu bilang "yaudah, teteh harus belajar mandiri sekali lagi". Yap, di senja itu aku membawa barang-barangku yang berada di dalam koper dan tas gendong menuju satu bangunan yang tak pernah kukira sebelumnya.

Aku berhenti tepat beberapa meter di depan pintu dan melihat bangunan bertingkat 3. Lalu berkata "Semoga ini hari baruku!" Entah mungkin bisa dibilang wisma atau kosan. Lantai 1, berisi toko pakaian pemilik bangunan itu. Lantai 2 dan 3 berisi banyak kamar yang biasanya disewakan ke mahasiswa atau karyawan. Mungkin kosan? Sepertinya begitu. Aku tak begitu ingat. Di senja itu, aku disambut oleh pemilik kosan (anggep aja kosan). Bapak dan ibu yang masih terihat fresh walaupun ada sedikit kerutan di bagian tertentu itu tersenyum. "Jadi pindah hari ini? Kok sendiri? Ngga dianter orang tua?" Begitu tanya bapak kos dengan ramah. "Engga, bapak kerja ibu lagi ngajar les."
Setelah itu mereka memberi kunci. Dilihat dari gantungan kunci berbahan kulit yang bertuliskan 201, sepertinya, kamar bernomor 201 akan menjadi tempatku mulai sekarang. "Langsung ke atas aja ya lantai 3. Maaf ibu ngga bisa anter ke atas toko lagi rame ini." Ucap ibu kos. "Iya bu, gapapa kok. Aku langsung ke atas ya, makasih bu."

Benar toko pakaian ibu kos memang selalu ramai. Baju yang dijualnya sangat trendi dan satu lagi, harganya sangat ekonomis + diskon besar-besaran setiap akhir bulan. Awal aku tau kosan ini karena aku pelanggan tetap di toko ini. Aku sudah kenal dengan ibu, bapak dan anak-anaknya yang baik. Jadi aku berpikir, apa salahnya jika aku ngekos disini. Semuanya bernilai plus, dari service + harganya, "semoga rezekinya terus bertambah ya bu, pak."

Langkahku terhenti pas di anak tangga terakhir di lantai 2. Seketika semua orang yang ada di lantai 2 memandang ke arahku. Hiiii sungguh aku tak asing dengan wajah-wajah itu. Kebanyakan dari mereka dulunya bersekolah di tempat yang sama denganku, yaa adik kelas dan kaka kelas pun banyak berkeliaran di lantai 2. "Suasana baru apanya ini. Berasa nostalgia." Keluhku dalam hati sambil berjalan menuju tangga ke lantai 3. Tapi pandanganku terhenti ke beberapa orang yang sedang bermain kartu remi. Mereka semua melihatku. Hai mereka semua kaka kelasku. 1 genk itu! Aku kenal mereka! Deg. Jika mereka semua disini berartiiiii... Ya! Benar. Salah satu dari mereka tersenyum melihatku dan memanggil namaku. Ah, dia sangat tak asing di kehidupanku. Aku hanya tersenyum sambil terus berjalan dan menuju kamarku.

Kurebahkan tubuhku di atas kasur. Ah lelah sekali hari ini rasanya. Aku memejamkan mata sebentar lalu wajah orang yang tersenyum dan memanggil namaku muncul. Aku terperanjat dan langsung bangun. Aku haus sepertinya aku harus minum. Tapi di kamarku belum diberi galon, sepertinya aku harus ambil di lantai 2. Saat aku akan membuka pintu, aku ingat lagi seseorang itu. Aku mundur dan mengambil sisa air minum di botol mineral yang ada di dalam tasku. "Nanti aja deh besok." Ucapku sendiri sambil mengambil baju. Aku harus mandi dan solat sebelum tidur. Setelah mandi dan solat aku langsung tertidur. Ya, sepertinya aku sangat capek.

Sekitar jam 1 malam aku terbangun. Aku sangat haus. Sepertinya kosan sudah sepi di jam itu. Aku penakut. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku akan dehidrasi jika aku tidak minum. Akhirnya, aku menuju lantai 2. Letak galon berada di dekat pintu menuju balkon. Dan ternyata balkonnya masih terbuka, ada seseorang disana sedang duduk sambil sesekali memainkan hpnya. Lalu orang itu melihat ke arahku. Aku kaget. Ternyata itu dia.
"Eh belum tidur? Tumben?" Dia bertanya kepadaku.
"Udah, terus kebangun aus pengen minum. Di kamar belum dikasih galon."
"Oh, btw kok pindah kesini sih? Ngga di rumah aja temenin ibu?"
"Ya pengen cari suasana baru aja. Sendirinya? Kok ada disini?"
"Sama. Pengen suasana baru."
"Oh. Kok belum tidur?"
"Ini lagi liat bintang. Malem ini lagi keliatan jelas bintangnya. Keren."
"Masa sih?" Ucapku sambil ikut melihat ke atas dan berdiri di samping dia.
"Iya"
"Ternyata kamu masih suka mandang langit ya?"
"Haha iyalah. Kok kamu gendutan ya sekarang?"
"Amit amit ih. Gendut apanya coba. Udah ah mau tidur lagi. Ngantuk."
"Haha iya yaudah. Masih kebluk kan? Awas kesiangan besok ada kerja bakti."
"Hmm.." jawabku singkat.

Benar saja. Keesokan harinya aku bangun jam 10. Alarmku memang aktif pada jam 04:30, aku bangun lalu solat subuh. Setelah itu aku tertidur lagi hingga kebablasan. Kudengar di luar kamar sepertinya sangat ramai, tapi mataku masih tetap berat. Aku pun tetap menyelimuti tubuhku dan memejamkan mata. Hingga sesuatu membangunkanku. Ya. Pintu kamarku diketuk sangat kencang. "Huh siapa sih masih pagi juga ya" keluhku kesal.

Aku beranjak dari kasur dan segera membuka pintu. Ah, aku tak peduli dengan mataku yang masih setengah terpejam dan juga rambutku yang sangat kusut.
"Heh apa aku bilang. Kamu pasti kesiangan. Bangun bangun."
Hiii itu dia. Lalu dia menepok jidatku.
"Kebluknya keterlaluan." Ucapnya setelah menepok jidatku.
"Ih apaan sih, lagian tau kamar aku nomer ini dari siapa coba?" Ucapku setengah kesal.
"Tuh dari ibu." Sambil menunjuk seseorang di belakang dia. Ternyata ada ibu kos. Aduh aku sangat malu.
"Eh ibu." Aku langsung mendekati ibu kos dan salim.
"Kirain kamu kenapa-kenapa jam segini belum bangun." Ucap ibu kos.
"Iya bu dia emang kayak kebo tidurnya." Ucap dia setengah tertawa.
Aku menatapnya sinis.
"Huh, kamu sama aja. Kamu juga gabakal bangun kalo ibu bangunin. Kalian berdua nih yang harus ibu bangunin tiap pagi. Yaudah, ibu ke bawah dulu ya." Ucap ibu kos.
"Hehe iya bu makasih." Ucapku sambil masuk kembali ke kamar.

Setelah hari itu, aku sudah mulai suka dengan kosan. Aku sudah kenal dengan beberapa orang. Aku bisa hangout atau berbincang di balkon dengan mereka. Rasanya sangat mengasikkan. Juga dengan dia. Aku senang akhirnya aku dan dia tak terlihat seperti berjauhan. Kami sering ngobrol bareng sambil melihat bintang, nonton tv atau masak bersama di dapur umum kos. Ya, hingga semua orang di kosan tau kalau kami pernah memiliki hubungan spesial. Tak apa. Aku tak peduli. Toh itu masa lampau betul?

to be continued... ?

This is just my random dream in my slept when 2015.

You May Also Like

0 komentar

Halo semuanya, silakan tinggalkan jejak disini ya :) tolong jangan SPAM atau komentar yang berhubungan dengan SARA. Thanks :)