Lama ngga blogging rasanya pengen sekali dua kali bikin artikel yang isinya lain. Biasanya kan cerita, entah cerita abstrak ataupun cerita yang ah. Hahaha. Dulu aku penasaran banget, di kaskus, di iklan, di socmed, di kantor kayaknya lagi rame banget itu ada game Line yang namanya "Let's Get Rich". Nah, yaudah aku coba...
Memang sudah menjadi kebiasaan jika saat Hari Raya Idul Fitri, keluargaku selalu datang ke kampung halaman Ibu dan...
Kau tahu, entah mengapa sekarang aku benci melihat seseorang yang mengeluh. Bukan benci sebenarnya. Hanya saja, terkadang jantungku...
Keseharianku di kota tetap sudah menghilang. Kota tetap sekarang hanya menjadi tempatku untuk beristirahat dan menonton tv saja. Kujang yang menjadi lambang dari kota tetapku jarang kulihat kembali. Kehidupanku beralih menjadi di kota yang panas ini. Ya, Jakarta. Kota dengan segumpal gedung bertingkat dan mobil-mobil pribadi yang muak kulihat sekarang menjadi pandangan keseharian di mataku. Aku tak begitu peduli dengan gedung-gedung bertingkatnya. Tapi ini yang ku keluhkan pada Kota ini. "Kapan mobil-mobil pribadi yang memadati jalan setiap harinya berubah menjadi manusia-manusia yang memiliki pribadi?". Aku rindu berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain.
Setiap minggunya, hampir 6 hari ku lakukan kegiatan di Jakarta. Ini tuntutan masa depanku. Suatu hari nanti jika aku sudah berumur, aku, suamiku dan anak-anakku akan berlibur menikmati hasil dari yang ku lakukan di Jakarta sekarang ini. Ah, itu harapanku. Tapi, sebelum hal itu terwujud, aku membuat sebuah tekad yang akan kulakukan. Ya, aku yang tahu.
Bukan Jakarta yang akan kubicarakan. Aku ingin membicarakan kota tetapku. Aku selalu rindu dengan kota tetapku. Tempat yang tidak terlalu panas, tidak terlalu banyak gedung-gedung bertingkat, ya walaupun macet masih sering terjadi. Tak apa. Aku tetap menyukai kota ini. Dan apa kau tau? Apa yang membuat aku menyukai dan sering merindukan kota ini? Jika kau menjawab "seseorang" jawabanmu benar. Kau hebat! Tebakanmu benar.
Sebenarnya, aku ingin mengucapkan satu hal kepadanya. Bukan satu hal. Tapi ribuan, bahkan jutaan atau milyaran. Ah aku tak tahu, sepertinya kata-katanya tak terhingga. Misalnya, aku ingin mengucapkan hal ini dan diucapkan di dekatnya.
Cuaca di kosan masih murung. Ya, 3S (Sunyi Sepi Senyap). Mata aku masih merem pas denger ketukkan di pintu kosan. Mata aku melek dikit, biasanya Pipit udah bangun tapi kok kayaknya sepi. Yaudah aku nengok-nengok dan bener! Pipit gaada di kosan. Kemana ya dia? Tok.. tok.. tok..pintu kosan masih bunyi. Aku masih setengah...
Pacarku sangat baik hati, aku sangat senang bisa memilikinya. Walau umur kami terpampang jauh, itu tak menjadi kendala....
Hahaha, mereka selalu tertawa bersamaku dalam setiap kesempatan yang ada. Saat aku sedang sedih, mereka ada untuk menenangkanku. Pergi bersama, foto bersama. Ah, indahnya saat saat itu. Sekarang aku sudah bekerja. Dan aku terpisah dengan mereka. Hari-hariku menjadi sedikit membosankan. Bahkan saat aku sedang merasakan sakit seperti ini, rasanya sulit untuk menceritakan semuanya....
Balutan kebaya yang menyelimuti tubuh kecilku terlihat sangat indah, aksennya yang terlihat vintage membuatku merasa ada di masa lalu. Yang ku bayangkan, apa di masa lalu ada yang pernah merasa patah hati? Lebih dari ini? Ah, sebaiknya aku jangan memikirkan hal itu lagi. Ini adalah hariku. Tak perlu aku bertemu dan bercanda tawa...
Hari itu aku lagi di rumah, diem. Tiba-tiba di bawah ada yang manggil. Engga, rumahku ngga tingkat 1 lantai aja, kecil. Aku liat terus langsung ke bawah. Aku samperin, dia Jo. "Kamu ngapain kesini?" Jo ngga jawab cuma bilang "Ini buat kamu". Jo kasih aku 2 bunga mawar 1 yang merah 1 lagi...